Minggu, 18 September 2011

KEMISKINAN DI LINGKUNGAN SEKITAR


Di sekitar lingkungan saya, mungkin tidak terlalu banyak terdapat kemiskinan, namun ada salah satu keluarga, yang menurut saya mungkin bisa dimasukkan kedalam kategori kemiskinan. Anggota keluarga tersebut ada empat orang, terdiri dari ayah, ibu, abang dan adik. Sebenarnya dahulu mereka tidak hidup dalam kemiskinan namun, penyakit yang diderita sang ibu, merubah segalanya.
Sang ayah bekerja sebagai buruh bangunan, ibu bekerja sebagai tukang cuci, dan abang yang usianya 18 tahun putus sekolah akibat penyakit yang diderita ibunya. Dan sang adik yang masih sekolah di tingkat SMP kelas 1.
Sisi kemiskinan itu terjadi ketika sang ibu tiba-tiba terkena penyakit yang menyebabkan ia tak bisa berdiri maupun duduk, ia hanya bisa tidur saja, tak ada pekerjaan lain yang dapat ia lakukan. Hal itu menyebabkan ibu berhenti bekerja. Sehingga kebutuhan perekonomian keluarga kini hanya ditanggung oleh ayah. Sang abang yang telah berhenti sekolah, kini juga bekerja untuk membantu kondisi keuangan keluarga.namun bukan hanya itu tujuannya bekerja, tetapi ia juga ingin mendapatkan biaya untuk pengobatan ibunya. Sang adik pun disekolahkan ke semacam sekolah bantuan yang tak menggunakan biaya SPP, istilahnya sekolah gratis.
Untuk urusan rumah tangga, sang adik seorang gadis berumur 12 tahunan lah yang kini harus mengurus segala sesuatu yang berbau dengan pekerjaan ibu rumah tangga, seperti mencuci baju, mencuci piring, menyetrika, memasak, dan sebagainya.
Mereka tinggal dirumah yang cukup kecil. Rumah itu dititipkan oleh pemiliknya kepada mereka, karena pemiliknya kini tinggal di luar daerah. Karena semuanya diurus oleh sang adik, tak heran bila ia tak sempat membereskan rumah yang cukup berantakan, lalat beterbangan dimana-mana, kain-kain cucian yang masih berserakan, dan bau yang menyengat dari lantai yang sepertinya sudah lama tak di pel.
Untuk urusan makan, mereka makan dengan seadanya. Daun singkong yang ditanam didepan rumah, diolah menjadi sayur. Dan ikan teri yang dibeli sang ayah kemarin  dijadikan lauk.
Semoga saja, mereka bisa tetap sabar dan kuat menghadapi setiap cobaan yang diberikan Allah kepada mereka, karena tentu saja semuanya itu pasti ada hikmahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar